MAKALAH BAHASA INDONESIA
MEMBUAT PARAFRASA DARI TEKS TERTULIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata pelajaran Bahasa
Indonesia
SMK N 1 DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MEMBUAT PARAFRASA DARI TEKS
TERTULIS”.
Penulisan makalah
adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMK N 1 Demak. Kami ucapakan terima kasih kepada
pembimbing kami, Pak Alif Tahudi.
Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kempampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Demak,
Maret 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………ii
Daftar isi………………………………………………………………………….iii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………1
1
Latar Belakang……………………………………………………1
2
Rumusan Masalah………………………………………………...1
Bab II
Pembahasan……………………………………………………………….2
1
Pengertian
Parafrasa……………………………………………...2
2
Cara Memparafrasa
Wacana/Teks Tertulis……………………….3
3
Contoh
Parafrasa………………………………………………….4
Bab III
Penutup……………………………………………………………………5
1
Kesimpulan dan
Saran………………………………………….....6
Daftar
Pustaka………………………………………………………………….....6
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pasti banyak yang harus di pelajari, tetapi kali
ini kami hanya akan membahas mengenai cara membuat parafrasa dari teks tertulis.
Kami juga
memberi tahu contoh parafrasa dari teks tertulis. Melalui ini kami harapkan
anda dapat mngerti.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa
pertanyaan terkait parafrasa dari teks tertulis, yaitu:
a.
Apa pengertian parafrasa ?
b.
Bagaimana memparafrasa
wacana/teks tertulis ?
c.
Contoh Parafrasa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Parafrasa
Pernahkah Anda
mendengar istilah parafrasa? Istilah
parafrasa mungkin
sering muncul dalam pembahasan puisi. Salah satu cara untuk
memahami
puisi adalah dengan membuat parafrasa terhadap puisi tersebut,
yaitu
dengan menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas kalimat pendek
yang menjadi ciri khas puisi. Setelah ada penambahan, puisi
tersebut berubah
menjadi uraian prosa atau cerita. Artinya, wajah asli puisi
tersebut telah
berubah menjadi prosa, namun
kandungan makna atau pengertian dari isi
puisi tidak berubah. Hal
seperti itulah yang disebut parafrasa.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah penguraian
kembali suatu teks atau karangan dalam bentuk atau susunan kata
yang
lain dengan maksud dapat menjelaskan maknanya yang tersembunyi.
Pengungkapan kembali suatu tuturan dan sebuah tingkatan atau macam
bahasa tertentu menjadi macam yang lain tanpa mengubah
pengertiannya.Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X 231
Membuat parafrasa
bukan hanya pada puisi ke prosa saja, tapi juga
bentuk bahasa yang lain, seperti mengubah penggunaan kata kepada
kata
yang sepadan atau bersinonim, mengubah kalimat aktif menjadi
bentuk
pasif, kalimat langsung menjadi tidak langsung, mengubah bentuk
uraian
menjadi bentuk ungkapan atau peribahasa yang memiliki kesamaan
arti.
Pada tataran wacana yaitu mengubah wacana panjang menjadi bentuk
rangkuman atau ringkasan. Dalam karya sastra, mengubah puisi ke
prosa
atau sebaliknya, mengubah bentuk dialog drama ke prosa atau
sebaliknya.
Jadi, pada hakikatnya parafrasa adalah mengubah atau mengalihkan
suatu
bentuk bahasa menjadi bentuk bahasa yang lain tanpa mengubah
pengertian
atau kandungan artinya.
Parafrasa juga
termasuk menceritakan kembali sesuatu yang telah
didengar ke bentuk tulisan atau mengalihkan bentuk bahasa lisan ke
bentuk bahasa tulisan. Misalnya, seseorang diperdengarkan sebuah
cerita
kemudian ia mencoba menguraikan kembali cerita tersebut dalam
bentuk
wacana atau karangan. Tentunya penggunaan kalimat dan pilihan
katanya
tidak sama dengan cerita aslinya karena dituangkan dengan
menggunakan
bahasa sendiri, namun inti cerita tidak berubah.
Pada pembahasan
kali ini, akan diuraikan cara membuat parafrasa dari
sebuah wacana atau teks tertulis ke bentuk yang lebih ringkas.
Hal-hal apa
yang harus diperhatikan dan bagian-bagian mana yang harus
diabaikan
sehingga terjadi perubahan bentuk dengan tetap mempertahankan ide
atau
gagasan pokok sesuai teks aslinya.
B. Cara Memparafrasa Wacana/Teks Tertulis
Wacana atau teks
tertulis merupakan bentuk karangan yang terbagi atas
beberapa paragraf. Setiap paragraf terdiri atas unsur kalimat
utama dan
kalimat penjelas seperti yang telah diuraikan pada Bab 10.
Kalimat-kalimat
penjelas dapat berupa uraian yang penting dapat juga hanya
perincian yang
mengungkapkan contoh, ilustrasi, dan perumpamaan-perumpamaan. Kita
harus tahu mana bagian yang berisi hal-hal pokok atau penting dan
mana
yang bukan.
Untuk
memparafrasakan sebuah teks tertulis, langkah-langkah yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Bacalah teks yang akan
diparafrasa secara keseluruhan.
2. Pahami topik atau tema
dari teks tersebut untuk teks berbentuk narasi
pahami pula alur atau
jalan ceritanya.
3. Carilah kalimat utama
pada setiap paragraf untuk menemukan gagasan
atau ide pokok
paragraf tersebut.
4. Catatlah gagasan pokok setiap paragrafnya.
5. Perhatikan kalimat
penjelas, pilahlah kalimat penjelas yang penting
Dan buanglah yang
hanya berupa ilustrasi, contoh, permisalan, dan
sebagainya
6. Pilihlah kata atau kalimat yang efektif untuk
menceritakan kembali. Jika
perlu gunakan kata
yang sepadan atau ungkapan yang lebih mewakili
pengertian yang
panjang, tetapi dapat dipahami.
7. Jika ada kalimat langsung, ubahlah menjadi
kalimat tidak langsung
agar lebih singkat.
8. Ceritakan atau uraikan kembali dengan bahasa
yang lebih mudah
dipahami dan ringkas.
C. Contoh Parafrasa
Di bawah ini adalah contoh sebuah wacana dan proses parafrasanya :
Kewirausahaan
merupakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan
ekonomi yang tersebar dan berkelanjutan, serta memperkuat proses
demokratisasi suatu bangsa. Pengembangan kewirausahaan bermakna
strategis bagi kemakmuran dan daya saing suatu bangsa.
Hasil studi ACG
Advisory Group mengindikasikan pendidikan formal secara umum berpengaruh
terhadap kemampuan berwirausaha, tapi belum mampu
menstimulan peserta didik memiliki kemauan berwirausaha. Hal ini
disebabkan pendidikan formal di Indonesia saat ini hanya berfokus
pada upaya mengembangkan sisi pengetahuan peserta didik memahami
bagaimana suatu bisnis seharusnya dijalankan dan bukan pada upaya
mengembangkan sisi sikap untuk berwirausaha serta pengalaman
berwirausaha.
Fenomena ini
disebabkan sistem pendidikan di Indonesia yang lebih
menekankan pada sisi hard skill daripada soft skill sehingga sisi kognitif peserta
didik yang lebih diutamakan daripada sisi afektif dan
psikomotoriknya (Lead
Education 2005). Akibatnya, lulusan pendidikan formal secara umum
memiliki
pemahaman pengetahuan yang relatif baik mengenai kewirausahaan,
tapi
tidak memiliki keterampilan dan mind-set berwirausaha.
Bahasa Indonesia
SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X 233
Pendidikan ’pengetahuan’ kewirausahaan telah diajarkan secara
intrakurikuler baik sebagai mata kuliah/mata pelajaran yang
tersendiri
maupun sebagai bagian (topik bahasan) dari mata kuliah/mata
pelajaran
dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Sayangnya,
pembahasan kewirausahaan di lembaga pendidikan formal lebih
didasarkan pada mengajarkan substansi buku teks, daripada
memberikan
pengalaman nyata bagi peserta didik untuk berwirausaha sehingga
tidak
mampu mengubah pola pikir dan sikap agar peserta didik memiliki
kemauan dan kemampuan berwirausaha. Fenomena ini dibuktikan dari
banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur (11,7% dari 6
juta orang lulusan perguruan tinggi), dan hanya kurang dari 5%
lulusan
perguruan tinggi yang akhirnya membuka usaha sendiri.
Perubahan sistem
pendidikan tinggi dan orientasi masyarakat untuk
kuliah perlu diubah untuk mengurangi pengangguran lulusan
perguruan
tinggi pada masa mendatang. Kurikulum pendidikan tinggi yang
berbasis
pengetahuan perlu diubah ke arah kurikulum yang berbasis
kompetensi
dan mendidik kemandirian. Pengembangan jiwa kewirausahaan di
kalangan mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan pertambahan
masalah pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia pada
masa
mendatang.
Perubahan
kurikulum ini memerlukan dukungan bahan ajar yang
atraktif dan praktis sesuai dengan tingkat kompetensi peserta
didik,
serta peningkatan kualitas guru dalam memahami kewirausahaan dan
keterampilan teknis lainnya. Guru diharapkan mampu membekali
keterampilan praktis kepada siswa didiknya yang bermanfaat untuk
membuka usaha, seperti : pendidikan memasak, menjahit, membuat
kerajinan tangan, dan sejenisnya. Perubahan pola pendidikan ini
akan
menghasilkan lulusan pendidikan formal yang memiliki pola pikir
untuk
berwirausaha serta mempunyai keterampilan dasar yang bermanfaat
untuk berwirausaha kelak di kemudian hari.
(Dikutip dari tabloid Flo dengan sedikit
perubahan, 14 April 2007)
Hal-hal pokok yang terdapat
dalam wacana di atas adalah seperti berikut.
1. Kewirausahaan merupakan fondasi pertumbuhan ekonomi dan
memperkuat proses
demokratisasi suatu bangsa.234 Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Semenjana Kelas X
2. Pendidikan formal di Indonesia hanya berfokus pada upaya
mengembangkan
pengetahuan bagaimana suatu bisnis harus dijalankan
bukan mengembangkan
sikap untuk berwirausaha.
3. Pendidikan di Indonesia lebih menekankan sisi hard skill bukan
soft
skill /sisi kognitif
bukan afektif dan psikomotorik.
4. Pola pendidikan ini tidak mengubah pola pikir dan sikap peserta
didik
agar memiliki kemauan
dan kemampuan untuk berwirausaha.
5. Lulusan perguruan tinggi menganggur 11,7% dari 6 juta orang dan
hanya di bawah 5%
lulusan yang membuka usaha sendiri.
6. Perubahan sistem pendidikan tinggi dan orientasi masyarakat
harus
kuliah perlu dilakukan.
7. Perubahan kurikulum memerlukan dukungan bahan ajar yang
atraktif
dan praktis sesuai
dengan tingkat kompetensi peserta didik serta guru
dalam memahami
kewirausahaan.
8. Perubahan pola pendidikan ini akan menghasilkan lulusan
pendidikan
formal yang memiliki
pola pikir untuk berwirausaha serta memiliki
keterampilan dasar yang
bermanfaat untuk berwirausaha kelak di
kemudian hari.
Parafrasa wacana seperti berikut.
Kewirausahaan merupakan fondasi dan penguat pertumbuhan
ekonomi dan demokratisasi suatu bangsa. Pendidikan formal secara
umum berpengaruh dalam mengembangkan kewirausahaan, namun
belum dapat menstimulan peserta didik untuk mau berwirausaha.
Sistem pendidikan di Indonesia baru mengembangkan sisi kognitif
yaitu memahami proses bisnis bukan menumbuhkan sikap berbisnis.
Pendidikan di Indonesia lebih menekankan hard skill daripada soft
skill.
Hal ini menyebabkan lulusan perguruan tinggi menganggur 11,7 %
dari
6 juta orang dan hanya kurang dari 5% yang membuka usaha sendiri.
Perubahan pendidikan formal termasuk orientasi masyarakat yang
mengharuskan kuliah perlu dilakukan. Namun, hal itu perlu didukung
oleh bahan ajar yang atraktif dan praktis serta guru yang memahami
kewirausahaan. Dengan adanya perubahan ini, diharapkan lulusan
pendidikan formal memilki pola pikir untuk berwirausaha dan
mempunyai
keterampilan dasar untuk modal
berwirausaha kelak di kemudian hari.
BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Kami banyak berharap para
pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna
bagi kami, khususnya juga para pembaca.
Daftar Pustaka